Sorgum, Bahan Pangan Alternatif Pengganti Beras
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat beruntung dengan beraneka ragamnya komoditas yang dapat tumbuh dan bisa dijadikan sebagai bahan makanan atau bahan pangan. Akan tetapi sangat kita sayangkan, sebagai negara penghasil padi, Indonesia masih melakukan impor beras dari beberapa negara lain. Oleh sebab itulah, bahan makanan pengganti diharapkan dapat menjadi jalan keluar agar Indonesia mampu mengurangi impor atau menghentikanya. Salah satu bahan makanan pengganti yang saat ini jadi incaran adalah sorghum.
Sorgum merupakan jenis tanaman biji bijian yang memiliki adaptasi luas dan tahan terhadap berbagai kondisi cuasa khususnya kekeringan. Dan juga untuk menanam sorghum tidak memerlukan lahan yang luas. Tanaman pangan pengganti ini dapat tumbuh pada lahan-lahan marginal seperti lahan kering, basa, masam dan lahan yang tidak subur sekalipun, baik pada musim penghujan maupun kemarau.
Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Supriyanto menyatakan bahwasanya untuk perawatan tanaman ini jauh lebih mudah, meskipun dipangkas tanaman pangan ini dapat tumbuh lagi. “Biji sorgum inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti beras,” kata beliau pada saat Seminar Nasional Strategi dan Peran Pendidikan dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional di UPY. Bahkan, lanjut Supriyanto, Sorgum juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan dasar pemmembuatan kue dan roti bahkan jika dikembangkan lagi dapat dijadikan sereal untuk sarapan pagi. “Dan itu lebih menyehatkan,” tambahnya. Dengan demikian, Sorgum dapat menunjang diversifikasi pangan karena dalam setiap satu hektar lahan hanya membutuhkan dua kali pemupukan, yaitu pemupukan pertama sebanyak 270 kg dan pemupukan kedua 200 kg.
Adapun dalam satu hektar lahan, mampu meghasilkan produksi biji Sorgum hingga enam ton, beras sorgum 5,5 ton, tepung Sorgun lima ton dan hijauan Sorgun 80 ton. Sementara, lanjut Supriyanto, untuk produksi ethanol mencapai 3.000 liter dan wood pellet 75 ton pertahun. “Akan tetapi untuk saat ini jenis tanaman ini belum dikembangkan dengan baik seperti halnya padi dan bahan pangan lainnya. Di daerah tertentu di Indonesia ada yang sudah mulai memanfaatkan tanaman itu. Seperti di wilayah NTT, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY,” jelasnya. Namun untuk produksinya pun masih sedikit, kurang lebih 3 ton-4,5 ton. Yang produksinya cukup bagus adalah Sulawesi Selatan.
Pada dasarnya tanaman ini memiliki banyak manfaat, salah satunya dari segi kesehatan karena sorgum layak dikonsumsi bagi penderita diabetes karena diketahui memiliki kadar gula yang rendah, Selain itu sumber makanan ini juga baik untuk penderita authis karena rendah glutine. Bahkan diketahui juga cocok menjadi makanan untuk penderita kanker. Meski demikian, pengembangan tanaman ini saat ini masih terkendala dalam pengolahannya. Pasalnya, selama ini pengolahannya masih dilakukan dengan sederhana ditumbuk dijadikan tepung. Oleh karena itu, Supriyanto berharap adanya dukungan dari berbagai pihak terhadap produktivitas sumber pangan yang satu ini.
Untuk mendukung pengolahan sorgum, sudah banyak pelaku usaha di indonesia yang menjual Alat Pengukur Kadar Air Sorgum atau Alat Ukur tingkat kekeringan biji sorgum.